Panjat Tebing Rappeling Atau Abseiling

Advertisements
Advertisements
Panjat tebing bisa dilakukan dialam terbuka atau dipapan tebing buatan, jika disekolah kamu ada ekstra pencipta alam maka kamu tidak asing lagi dengan Rappeling Atau Abseiling, dalam perjalanan alam terbuka kadang ada rintangan yang harus ditaklukkan seperti medan yang terjal dengan kemiringan 60 derajat sampai 80 derajat. Medan yang demikian tidak dianjurkan untuk dilalui dengan cara umum yaitu mengandalkan tangan dan kaki

Panjat Tebing Rappeling Atau Abseiling

Salah satu cara melalui medang yang mempunyai kemiringan 60 derajat sampai 80 derajat adalah dengan panjat tebing. Menuruni tebing dapat menggunakan tali pokok yang ada (dengan atau tanpa cincin kait) dalam istilah panjat tebing disebut Rappeling Atau Abseiling

Prinsip – prinsip Rappeling Atau Abseiling
a. Menggunakan tali utama sebagai jakur lintasan dan tempat bergantung
b. Penggunaan gaya berat dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun
c. Pengunaan salah satu tangan untuk keseimbangan dan satu lagi untuk mengatur kecepatan turun

Macam – macam Rappeling Atau Abseiling
1. Turun Klasik
Teknik turun klasik digunakan pada tebing dengan kemiringan 60 derajat sampai 90 derajat dan tidak kurang lebih 7 meter, tali utama dilewatkan diantara kedua kaki, melalui pinggang kanan terus melintang dada ke pundak kiri, dari bahu kiri melalui punggung menuju tangan kanan yang berfungsi sebagai pengerem, sedangkan tangan kiri berfungsi hanya mengatur keseimbangan.

2. Turun Hasty
Teknik turun Hasty digunakan pada tebing dengan kemiringan 60 derajat sampai 80 derajat, posisi badan menyamping sejajar dengan tali utama melintang dipunggung melalui bawah kedua ketiak, ketika rapat menjepi tali dengan tangan. Tangan yang dekat dengan pangkal tambat berfungsi sebagai pengerem (siku agak ditekuk)
Pada waktu turun kaki melangkah dengan cepat atau dengan lompatan – lompatan pendek searah dengan tali utama, jika ingin berhenti tangan pengereman bersama tali utama yang dipegang dipindah ke depan badan dan menghadap ke arah pangkal tambat.

3. Turun tali perorangan dengan cincin kait
Tali perorangan dipasang pada tubuh dan cincin kait dipasang pada tali perorangan sehingga penutup berada diatas. Selanjutnya tali utama dilangkahi sambil tangan pengerem memegang tali utama melalui bawah atau melalui sisi pinggang atau pundak. Tangan satunya berfungsi  sebagai pengatur keseimbangan.
Pada waktu akan turun, kaki dibuka selebar badan, lutut agak dilipat dan badan dicondongkan ke belakang, diusahakan tegak lurus dengan tebing. Gerakan turun dapat dilakukan dengan cara melompat atau berjalan, setiap kali melompat atau berjalan tangan pengereman mengendorkan genggaman, sebaliknya pada waktu berhenti kedudukan kaki tetap dibuka selebar badan dan tangan pengerem mempererat genggamannya.

Selain menuruni tebing kita juga harus dituntut untuk bisa menaiki tebing, peralatan naik tebing utama adalah tali
1. Menaiki tebing dengan tali tegak
Untuk tebing yang tidak terlalu tinggi, cara ini dipakai untuk tali utama dipegang dengan kedua tangan setinggi jangkauan, selanjutnya pada saat badan diangkat kedua kaki menjepit tali diantara punggung kaki yang satu dengan telapak kaki yang lainnya dengan posisi menyilang. Setelah posisi badan lurus, badan diangkat dan kedua tangan digeserkan ke atas setinggi jangkauan, kedua kaki diangkat seperti cara diatas, langkah ini dilakukan terus sampai mencapai ketinggian yang diinginkan.

2. Menaiki tebing dengan tali prusik
Tali utama dihubungkan dengan tali perorangan pada tubuh salah satu prusik, jika prusik yang diatas digunakan sebagai pijakan kaki, pada waktu naik tali utama tangan kanan menggeser tali prusik ke atas, kemudian badan diangkat dengan menginjak tali prusik yang baru digeser sambil tangan kiri mendorong naik tali prusik ke atas. Cara ini dilakukan berulang – ulang sampai mencapai ketinggian yang dikehendaki.
Advertisements

Post a Comment

=> Silahkan berkomentar sesuai topik artikel
=> Komentar dengan link tidak akan dipublish

Previous Post Next Post